toleransi.
satu hal yang perlu kita tanyakan ke diri masing-masing, apakah sudah punya?
mungkin bisa kita katakan ia dengan sebutan menghargai perbedaan. mungkin bisa kita katakan dengan tidak mempertentangkan segala hal yang berbeda, melabelinya dengan ini benar dan itu salah. oke oke, mungkin kita memang perlu ada label salah dan benar, seperti membantu orang merasa lebih baik dan bahagia adalah hal yang benar, sedangkan melukai seseorang baik fisik dan perasaan adalah hal yang salah. hal yang menguntungkan itu benar dan merugikan itu salah, tinggal letaknya di kepentingan pribadi, golongan, atau bersama? nah lho.
ngomong soal toleransi mungkin ga ada habisnya, apalagi di tempat yang namanya Indonesia macam gini. sukunya banyak, orangnya banyak jadinya pendapatnya juga banyak. budayanya apalagi, melimpah-limpah. tapi toleransi di Indonesia?
mungkin ini bisa terlihat dari bagaimana kita merespon soal pilihan pilpres nanti. semua orang seakan-akan berani mati untuk pilihannya. marah-marah saat orang menyemburkan kejelekan pahlawannya. black campaign, katanya. marah-marah saat orang menyemburkan kebaikan lawannya. pencitraan, katanya. belum lagi dukungan media sosial yang sudah jadi kebiasaan sejak internet merajalela di kehidupan sehari-hari kita. semua hal jadi tumplek blek di media sosial. iya sih, freedom of speech, tapi sudah siap bertanggungjawab belum?
balik lagi soal toleransi, sudah siap kah kita menerima perbedaan? menghargainya. bukan berusaha mati-matian membunuhnya. kita terlalu banyak menelan bahwa persamaan, standarisasi dalam segala aspek adalah hal yang benar. akhirnya jadi memaksa semua harus sama, semua harus satu pilihan. pilihan yang lain adalah salah. kepercayaan lain adalah salah. pendapat tentang melihat sesuatu hal lain adalah salah, padahal kita cuma lihat dari sudut pandang yang beda.
maksudku, kenapa sih kita harus jotos-jotosan kayak gini? bener ga sih jotos-jotosan kita ini sekarang menguntungkan? untuk siapa? untuk berapa lama? bisa gak kita jotos-jotosannya lewat ide? ga usah beneran sampai babak belur gini. jotos-jotosannya masih sambil minum kopi, santai-santai. kalau bercanda ya ketawa bareng. segitunya anti perbedaan? sekali beda pendapat, "ga usah ngomong lagi lah" gitu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar