dulunya saya juga ga kepikir buat baca buku ini, garagara dipinjemin aja akhirnya baca. setelah dilihat-lihat, bukunya bagus juga. pas cerita kalau sedang baca buku ini, ada yang bilang dia ga tertarik, mengingat sosok yang dibahas bukan salah satu idolanya. tapi saya jadi berpikir, tergantung kita mau melihat buku ini sebagai sarana membanggakan seseorang atau sebagai sarana belajar tentang seni kepemimpinan?
susahnya kita, orang melankolis, suka sekali mengingat gimana hati ini dibikin sakit sama seseorang, tapi suka lupa juga kalau orang itu bikin kita senang berkali-kali lipat. seringnya, harus belajar untuk objektif, tidak melulu subjektif.
eh kok jadi agak ngelindur ya :))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar