Selasa, 09 April 2013

Remaja

"Dalam situasi ketika risiko dapat memberi imbalan yang diinginkan, remaja lebih menghargai imbalan itu daripada orang dewasa. “Mereka lebih sering mengambil risiko bukan karena tiba-tiba meremehkan risiko,” kata Stein­berg, “melainkan karena mereka semakin mementingkan imbalan.” Peneliti seperti Steinberg dan Casey meyakini bahwa per­timbangan risiko vs imbalan yang memihak risiko ini lolos seleksi alam karena, sepanjang perjalanan evolusi manusia, ke­mauan mengambil risiko pada masa kehidupan ini memberi ke­unggulan adaptasi. 

Remaja tertarik pada teman sebaya karena alasan lain yang lebih kuat: berinvestasi di masa depan, bukan masa lalu. Kita memasuki dunia yang dibentuk oleh orang tua. Tetapi kita akan menjalani sebagian besar hidup kita, dan makmur (atau tidak) dalam dunia yang di­pimpin dan dicipta-ulang oleh rekan seusia kita. Bahkan sebagian kajian pindaian otak menyiratkan bahwa reaksi otak kita pada pengucilan teman sebaya setara dengan reaksinya terhadap ancaman kesehatan fisik atau pasokan makanan. Dengan kata lain, pada tingkat saraf, kita memandang penolakan sosial sebagai ancaman keberadaan.

Dalam istilah ilmiah, remaja memang menjengkelkan. Tetapi, mereka mungkin manusia yang paling mampu beradaptasi secara sempurna, dan memang semestinya begitu.

Penelitian menunjukkan bahwa saat orang tua berkomunikasi dan membimbing anak remajanya secara tegas tetapi tidak terlalu ikut campur, tetap akrab tetapi membiarkan me­reka mandiri, anak-anak mereka pada umumnya lebih sukses dalam hidup. Pada tingkat tertentu dan pada saat tertentu (dan orang tualah yang harus menyadari kapan), remaja mengakui bahwa orang tua dapat memberi pelajaran yang baik—pengetahuan yang dihargai bukan karena kewenangan orang tua, tetapi karena berasal dari pergulatan orang tua sendiri saat berjuang memahami seluk-beluk dunia.

Mungkin aneh bahwa manusia lambat pintar dalam hidup ini. Namun, jika kita menjadi bijak lebih awal, pada akhirnya kita menjadi lebih bodoh."

sumber: link

artikel lama memang.ga sengaja juga nemunya. sebenernya nyari artikel tentang tidur REM sama tidur gelombang dalam yang dulu pernah baca, pas itu masih langganan National Geography Indonesia. tapi malah nemu artikel ini. kalimat yang aku copy itu cuma cuplikan-cuplikan aja, kalau memang tertarik lebih baik kunjungi linknya dan baca secara lengkap sendiri hahaha :p.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar